Popularitas Kerajaan Menurun, Spanyol bisa Jadi Negara Republik

Korannesia.com - Ribuan warga Spanyol yang bersikap anti terhadap keluarga kerajaan pada Selasa ini turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Mereka menyerukan agar digelar sebuah referendum untuk memutuskan apakah keluarga kerajaan tetap perlu dipertahankan.
Stasiun berita Channel News Asia, Selasa 3 Juni 2014 melansir unjuk rasa ini digelar hanya selang satu hari paska Raja Juan Carlos memutuskan turun tahta. Massa anti-keluarga kerajaan berkumpul di Lapangan Puerta del Sol, di ibukota Madrid.

Sementara polisi menutup akses jalan menuju ke Istana Kerajaan yang berjarak hanya beberapa langkah dari sana.

"Esok, Spanyol akan menjadi sebuah republik!" teriak massa.

Mereka turut membawa poster bertuliskan: "tidak ada lagi Raja-Raja, sebuah referendum, peralihan sebuah kerajaan tanpa seorang Raja". Lainnya, menyerukan agar pemilihan umum segera digelar.

Paola Torija, seorang terapis berusia 24 tahun yang turut berunjuk rasa mengatakan saat ini merupakan momen terbaik untuk mendeklarasikan sebuah republik.

"Dia telah melalui masa kejayaannya. Namun, saat ini sedikit kuno, tidak berguna dan sedikit memakan biaya, khususnya saat krisis tengah mendera kami seperti saat ini," jelas dia.

Popularitas keluarga kerajaan kian merosot. Hal itu terbukti, melalui sebuah studi yang dilakukan oleh institusi Sigma Dos yang dipublikasikan pada Januari lalu.

Dalam studi yang melibatkan survei, sebanyak 41 persen warga Spanyol menginginkan dia turun tahta. Sementara sebanyak 62 persen warga Spanyol menginginkan Raja Juan Carlos menyerahkan mahkota ke Pangeran Felipe.

Hasil survei selanjutnya kian membuat keluarga kerajaan makin khawatir, karena hanya sebanyak 49 persen yang menyetujui keberlangsungan kerajaan.

Adanya referendum turut didukung oleh tiga partai politik sayap kiri, yakni Podemos, Partai Equo Hijau dan Kesatuan Kiri. Masing-masing partai berhasil meraih 20 persen suara dalam pemilihan umum untuk parlemen Eropa.

Raja Juan berhasil memenangkan rasa hormat dari rakyat Spanyol ketika berhasil memimpin negara itu paska ditinggalkan oleh Jenderal Franco. Salah satu perannya yang dikenal publik yakni berhasil mencegah terjadinay kudeta militer pada Februari 1981 silam.

Namun, warga Spanyol kecewa dengan kelakuan Raja mereka saat mengetahui Raja Juan tengah menghabiskan liburan mewah di Botswana dengan berburu gajah. Liburan yang dilakukan tahun 2012 silam, dianggap tidak pantas dan melukai hati rakyat, karena saat itu Spanyol tengah dibelit krisis ekonomi yang parah.

Saking parahnya, satu dari empat warga Spanyol tercatat menganggur.

Kebencian rakyat kian membuncah, ketika salah satu puteri Raja Juan, Christina terbukti dijadikan tersangka dalam praktik korupsi yang dilakukan oleh suaminya, Inaki Urdangarin.

Sementara Raja selanjutnya, Pangeran Felipe diharuskan untuk menghadapi kekecewaan publik terhadap situasi ekonomi dan skandal keluarga kerajaan, termasuk kasus korupsi yang tengah dihadapi kakak iparnya.

"Momen saat itu sangat sulit bagi penerus tahta selanjutnya. Kami kini berada dalam situasi krisis ekonomi dan kasus Urdangarin masih belum tuntas," ungkap jurnalis, Jose Apezarena, yang telah menulis beberapa buku mengenai keluarga kerajaan.

Dia juga mengatakan apabila Pangeran Felipe naik tahta, maka dia harus ikut menghadapi kasus kakak iparnya.

"Karena kasus Urdangarin saat ini akan turun ke Felipe dan bukan Juan Carlos," imbuh dia. (ren)
Share on Google Plus

Sudah Baca Yang Ini Belum ?

    Komentar Google +
    Komentar Facebook